Senin, 29 Oktober 2007

Makalah Kepala

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh lingkungan. Tuntutan kebutuhan hidup mendorong manusia beradaptasi dengan lingkungan melalui berbagai cara sesuai dengan kemampuan, bahkan dorongan ini tidak terbatas pada adaptasi (penyesuaian), melainkan memotivasi memberdayakan melalui penyeimbangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pengembangan pola hubungan manusia dengan alam lingkungan ditentukan oleh kearifan serta rasa tanggung jawab dari manusia itu sendiri sebagai mahluk dominan dalam memanfaatkan alam lingkungannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi bersifat netral, menjadi bermanfaat atau merusak kehidupan sangat tergantung kepada manusia yang menerapkannya.

Kearifan serta rasa tanggung jawab dalam mengelola lingkungan baik sebagai jaminan kelangsungan hidup maupun pemenuhan kebutuhan, merupakan perwujudan kesadaran etik lingkungan hidup dalam diri setiap orang.

Berkenaan dengan hal tersebut Undang-undang No. 4, 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bab. V Pasal 10 ayat 2 menerangkan bahwa :

“Pengelolaan lingkungan hidup dalam kaitan dengan keterpaduan pelaksanaan kebijakan Nasional tentang pengelolaan lingkungan hidup, secara sektoral dilakukan oleh departemen/lembaga non departemen sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing”.

Berdasar pengamatan secara langsung, maupun informasi dari berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik, terdapat sejumlah indicator yang menunjukan kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan hidup, antara lain pembuangan sampah tidak pada tempatnya, rendahnya kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan, meluasnya lahan kritis, meluasnya kerusakan hutan, kelangkaan air bersih, kekeringan pada musim kemarau, banjir pada musim hujan, pembuangan limbah industri, serta berbagai kerusakan lingkungan hidup lainnya, baik yang bersumber dari system sosial kemasyarakatan maupun perkembangan teknologi yang tidak ramah lingkungan.

Kesadaran etik lingkungan hidup merupakan kesadaran dalam memahami, menyikapi serta berbuat dengan berlandaskan prinsip saling mempengaruhi, keterkaitan dan saling ketergantungan anatara komponen-komponen alam lingkungan termasuk didalam komponen manusia sebagai mahluk dominant di alam semesta baik secara perorangan sehingga tercipta keselarasan, keserasian serta keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan.

Dengan demikian diperlukan upaya untuk meningkatkan kesadaran etik lingkungan hidup tersebut melalui proses pembelajaran disekolah, sehingga mampu menanamkan kesadaran dalam diri peserta didik secara nalar dan bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan lingkungan, terciptanya hubungan harmonis anatar manusia dengan alam lingkungan sebagai tempat sekaligus sumber hidup dan kehidupan saat ini dalam jangka pendek maupun untuk kemungkinannya pada masa yang akan datang secara berkesinambunagan dalam jangka panjang, baik bagi kepentingan manusia sebagai individu maupun sebagai bagian integral dari masyarakat.

Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa. Kita sebagai pendidik harus peduli terhadap lingkungan bahkan sekolah harus menjadi pelopor dalam hal lingkungan yang baik bagi sekitarnya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis memilih judul Karya Tulis “PELAKSANAAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SMP NEGERI 1 PAGELARAN KABUPATEN PANDEGLANG”

B. Perumusan Masalah

Agar pembahasan karya tulis ini terarah dan mencapai tujuan yang diharapakan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Pendekatan-pendekatan apa saja yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP NEGERI 1 PAGELARAN ?

2. Upaya-upaya apa saja yang harus dilakukan dalam menerapkan pendidikan yang berwawasan lingkungan di SMP NEGERI 1 PAGELARAN.

3. Bagaimanakah pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP NEGERI 1 PAGELARAN ?

4. Metode-metode apa saja yang dianggap relevan untuk mengajarkan Pendidikan Lingkungan Hidup ?

C. Metode Pembahasan

Untuk mendapatkan data dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menempuh dengan penelitian kepustakaan (library research) dengan cara meneliti buku-buku yang berkaitan dengan materi pembahasan dan buku-buku lainnya yang relevan. Data-data ini penulis olah dengan analisis deskriftif dalam rangka memperoleh suatu kesimpulan.

D. Sistematika Penyusunan

Karya Tulis ini terbagi dalam empat bab, dan setiap bab dibagi dalam beberapa sub bab sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pembahasan dan sistematika penyusunan.

BAB II Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup, terdiri atas pendekatan monolitik dan pendekatan terpadu (integratif) yang digunakan dalam pembelajaran PLH.

BAB III Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP NEGERI 1 PAGELARAN, membahas tentang implementasi PLH dalam kegiatan kurikuler, ekstra kurikuler dan kehidupan sekolah yang berbudaya serta metode-metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran PLH di SMP NEGERI 1 PAGELARAN.

BAB IV Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

Pendidikan Lingkungan hidup sebagai suatu mata pelajaran tertentu tidak ada dalam kurikulum, padahal dalam pelaksanaannya kita sebagai pendidikanya harus melaksanakannya. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melaksanakan Pendidikan Lingkungan hidup, tetapi untuk lebih memperjelas bagi anda tentang pendekatan itu ?

Pendekatan (Approach) adalah cara atau prosedur yang di tempuh seseorang untuk memasukan suatu program pendidikan baru kedalam program pendidikan yang sudah ada (Hutabarat, 1982)

Menurut Drs. Sans S. Hutabarat dalam bukunya Pendekatan dalam Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, dikemukakan pendekatan yang dapat digunakan dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup adalah :

A. Pendekatan Monolitik

Pendekatan Monolitik adalah pendekatan yang berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa setiap mata pelajaran bidang studi merupakan sebuah komponen yang berdiri sendiri dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu dalam suatu kesatuan yang utuh.

Jika kita ingin memberikan materi pembelajaran PLH dengan system pendekatan monolitik dapat di tempuh dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Membangun disiplin khusus yaitu mata pelajaran Pendidikan Lingkungan hidup yang sejajar dengan mata pelajatan lain.

2. Membuat paket tersendiri tentang pendidikan pelestarian lingkungan hidup yang merupakan mata pelajaran tersendiri.

Dari uraian diatas maka dalam pendekatan monolitik dapat ditempuh dengan cara – cara :

1. Membangun suatu disiplin ilmu baru yang diberi nama Pendidikan Lingkungan Hidup, yang merupakan ilmu baru dalam program sekolah dan dapat dijadikan suatu mata pelajaran atau disiplin ilmu yang tersendiri dari ilmu – ilmu lain.

2. Membangun suatu unit program tentang pendidikan lingkungan hidup yang akan dijabarkan dalam bentuk bagian dari suatu matapelajaran, misalnya : Unit Program tentang perusakan hutan dapat anda jabarkan pada waktu anda menjelaskan tentang pengawetan alam. Cara pemasukan materi pendidikan lingkungan hidup disebut Plug-in.

Berikut ini keuntungan dan kelemahan dari cara pendekatan monolitik ini :

1. Keuntungan – keuntungan pendekatan monolitik.

a. Sebagai mata pelajaran bidang studi yang berdiri sendiri kemungkinan penyajian bahan pembelajaran lebih terarah dan mendalam.

b. Persiapan mengajar lebih mudah dan bahan – bahannya dapat diketahui dari silabus.

c. Pengetahuan yang diperoleh siswa akan lebih sisrtematis

d. Waktu yang disediakan dapat secara khusus, sehingga pencapaian tujuan lebih efektif

e. Evaluasi hasil belajar lebih mudah.

2. Kelemahan – kelemahan pendekatan monolitik.

a. Perlu dibuat silabus PLH sebahai bidang studi yang berdiri sendiri sejajar dengan bidang studi lainnya.

b. Perlu menambah tenaga pengajar yang mempunyai spesialisasi dalam PLH

c. Ada kemungkinan menambah beban studi siswa dari mata pelajaran yang ada sekarang dalam kurikulum.

B. Pendekatan Terpadu (Integratif)

Pendekatan terpadu adalah pendekatan yang berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa suatu program mata pelajaran harus terpadu dengan mata pelajaran lainnya.

Jika menggunakan pendekatan terpadu dalam Pendidikan lingkungan hidup pada mata pelajaran lain hendaknya ditempuh cara-cara sebagai berikut :

1. Membangun suatu unit atau pokok bahasan yang disiapkan untuk dipadukan ke dalam mata pelajaran/bidang studi/mata pelajaran tertentu.

2. Membangun suatu “program inti” yang bertitik tolak dari suatu masalah lingkungan yang menjadi inti dari suatu bidang studi tertentu.

Supaya pendekatan terpadu ini berhasil dengan baik, maka perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Perpaduan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan tempat perpaduan tidak mengalami perubahan susunan.

2. Susunan pengetahuan yang dijadikan perpaduan didasarkan susunan kurikulum yang sedang berlaku.

3. Mata pelajaran pengetahuan induk dipilih wadah perpaduan adalah mata pelajaran yang menurut penelitian mempunyai daya serap yang cukup besar.

Seperti halnya dalam pendekatan monolitik, berikut ini adalah keuntungan dan kelemahan dari penggunaan pendekatan terpadu dalam pendidikan Lingkungan Hidup :

1. Keuntungan-keuntungan Pendekatan Terpadu

a. Tidak perlu menambah “tenaga pengajar” khususnya PLH

b. Makin banyak guru mata pelajaran lain yang turut terlibat maka bahan yang diterima siswa akan menjadi lebih banyak.

2. Kelemahan-kelemahan Pendekatan Terpadu

a. Perlu adanya penataran bagi guru mata pelajaran yang harus mengajar PLH secara terpadu pada mata pelajaran yang diarahkan.

b. Perlu mengubah silabus dan jam pelajaran yang ada

c. Kemungkinan timbul kesulitan pelaksanaan proses edukatif dalam memadukan program PLH kedalam mata pelajaran yang relevan

d. Kemungkinan tenggelamnya program PLH kedalam mata pelajaran atau sebaliknya

e. Keterbatasan waktu yang tersedia bagi bidang studi dapat menghambat tercapainya tujuan dengan baik

f. Evaluasi hasil belajar memerlukan cara khusus karena ada tujuan (program PLH dan mata pelajaran perpaduan) dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan suatu pertimbangan, maka pendekatan yang digunakan pada pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP NEGERI 1 PAGELARAN digunakan pendekatan terpadu (integratif) berarti memperlakukan PLH sebagai bagian yang dipadukan dengan mata pelajaran lain, antara lain guru mata pelajaran Pendidikan Agama, PPKn, Penjaskes, IPS (khususnya Geografi dan ekonomi), IPA (khususnya Biologi) dan mata pelajaran lain yang dianggap relevan dengan isi PLH, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

DAFTAR GURU MATA PELAJARAN

YANG DIPADUKAN DENGAN PLH

No.

Nama Guru

Mata Pelajaran

1.

2.

3.

4.

5.

Mochtra

Muhaimin

Drs. Prianto

Ucu Junaenah

Mumun Mahmudah

IPA- Biologi

Pend. Agama Islam

Penjaskes

IPS-Geografi

PPKn

Dari segi tenaga pengajar akan mudah diperoleh, karena tenaga pengajar PLH adalah guru-guru mata pelajaran sebagai wadah perpaduan itu sendiri.

Dilihat dari segi tenaga pengajarnya, maka dengan menggunakan pendekatan terpadu akan lebih mempermudah dan memperlancar proses jalannya pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup

Dengan makin banyaknya tenaga pengajar yang terlibat dalam PLH, berarti makin banyak yang turut mengambil bagian dari tanggung jawab dalam pelaksanaan program tersebut, ini berarti akan mempercepat berhasilnya tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup itu sendiri.

BAB III

PELAKSANAAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP

DI SMP NEGERI 1 PAGELARAN

A. Pendidikan Lingkungan Hidup di SMP NEGERI 1 PAGELARAN

Pendidikan lingkungan hidup sangatlah penting diterapkan di sekolah, karena kondisi lingkungan kita sudah sangat memprihatinkan, salah satu penyebab rusaknya lingkungan saat ini karena sebagian masyarakat hanya memiliki pengetahuan yang minim mengenai lingkungan. Sehingga perlu upaya penerapan pendidikan yang berwawasan lingkungan.

Sekolah sebagai suatu intitusi yang bergerak dalam bidang pendidikan hendaknya memberikan bekal kepada anak didiknya tentang pendidikan lingkungan sejak dini agar kelak ia menjadi insan yang peduli terhadap lingkungan. Hal ini perlu ditumbuhkan pada anak didik mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi yang sudah tentu disesuaikan dengan bobot aspek mental dan aspek akademis tiap jenjang pendidikan.

Sekarang ini materi PLH di sekolah tidak berdiri sendiri, sehingga pelaksanaan dari Pendidikan Lingkungan Hidup diintegrasikan pada mata pelajaran lain yang relevan. Pendidikan Lingkungan Hidup /PLH di sekolah sangatlah penting apalagi sekarang sedang digalakan apa yang disebut “Green School” (sekolah hijau). Untuk itu pelaksanaannya di SMP NEGERI 1 PAGELARAN melibatkan seluruh komponen sekolah yaitu : Siswa, Guru, Kepala Sekolah, tenaga administrative dan personal pendukung lainnya (Komite Sekolah).

Oleh karena itu pelaksanaan PLH di SMP NEGERI 1 PAGELARAN yang melibatkan semua unsur di sekolah lebih mengutamakan pada pembentukan sikap dan kepedulian terhadap lingkungan hidup yang terintegrasi pada setiap mata pelajaran yang berkaitan. Diharapkan akan tercapai suatu proses perbaikan situasi lingkungan sekolah secara terus menerus sehingga menjadi sekolah berwawasan lingkungan. Atau dengan kata lain diharapkan terjadi pemahaman dan peningkatan hasil dari pendidikan lingkungan hidup di lingkungan SMP NEGERI 1 PAGELARAN.

1. Pendidikan Lingkungan Hidup dalam kegiatan Kurikuler

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) diintegrasikan dalam kegiatan kurikuler mempunyai arti bahwa PLH tidak termasuk dalam pelajaran baru tetapi materi PLH terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sesuai.

Cara mengintegrasikan PLH dalam kegiatan kurikuler pada SMP NEGERI 1 PAGELARAN dimulai dari menganalisis kemampuan/sub kemampuan setiap program mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya ke dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan yang ada persamaan atau kesesuaiannya dalam waktu yang bersamaan. Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang terintegrasi dilakukan agar siswa mempunyai sikap professional yang sesuai dengan tuntutan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2. Pendidikan Lingkungan Hidup dalam kegiatan Ekstra Kurikuler

Kegiatan ekstra kurikuler merupakan kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan materi PLH kepada siswa dalam kegiatan konkrit, kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup yang dilaksanakan dalam kegiatan ekstra kurikuler diantaranya :

a. Pembentukan sikap/kepribadian siswa yang berwawasan lingkungan

b. Kegiatan PLH di sekolah seperti :

- Penanaman pohon di sekolah untuk terbentuknya green school (sekolah hijau)

- Pengelolaan sampah

- Kegiatan lain yang berhubungan dengan PLH

c. Pembahasan issue actual tentang lingkungan hidup

Untuk pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup yang diintegrasikan pada kegiatan ekstra kurikuler, pemilihan metode dan medianya disesuaikan dengan jenis kegiatan atau dilaksanakan secara tersendiri.

3. Kehidupan Sekolah yang Berbudaya Lingkungan

Pendekatan yang digunakan di SMP NEGERI 1 PAGELARAN untuk membentuk sekolah yang berbudaya lingkungan tercermin dari hal-hal berikut ini :

a. Kebersihan

Kebersihan sangatlah penting, sering kita mendengar ungkapan “Bersih Pangkal Sehat” dari ungkapan tersebut mengandung arti betapa pentingnya kebersihan bagi kesehatan manusia, baik perorangan, keluarga, masyarakat maupun lingkungan. Kebersihan merupakan upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang nyaman dan sehat.

Kebersihan merupakan syarat bagi terciptanya kesehatan, karena sehat merupakan salah satu faktor untuk menuju kebahagiaan. Sebaliknya kotor merupakan penyebab terjadinya penderitaan, karena disamping merusak keindahan kotor juga dapat menimbulkan berbagai penyakit. Untuk menjadi teladan dalam hidup bersih harus dimulai dari diri sendiri, rumah tangga sendiri dan lingkungan sendiri.

Dalam lingkungan SMP NEGERI 1 PAGELARAN hidup bersih dimulai dari kita sendiri sebagai pendidik. Sebagaimana ungkapan dari guru yang berarti digugu dan ditiru. Bagaimana anak didik akan meniru gurunya, kalau guru membuang sampah disembarang tempat atau merokok dan membuang puntungnya dimana saja, maka untuk menciptakan lingkungan bersih dalam lingkungan sekolah hendaknya dimulai dari kita sebagai pendidik.

Ditiap sudut sekolah yang mudah terjangkau disediakan tempat sampah dan dibuat slogan untuk mengingatkan agar senantiasa membuang sampah pada tempatnya.

b. Kesehatan Lingkungan Sekolah

Tempat pendidikan/sekolah adalah tempat untuk mendidik anak didik agar menjadi insan yang beriman dan bertaqwa, berakhlah mulia, sehat jasmani dan rohani, memiliki kecerdasan yang tinggi dan keterampilan serta cinta tanah air dan bangsa.

Dalam hubungan dengan kesehatan lingkungan banyak sekolah/tempat pendidikan yang menghadapi berbagai masalah seperti :

- Sumber air bersih

- Sampah dibuang disembarang tempat

- Saluran pembuangan tidak berfungsi

- Jumlah jamban terbatas

- Tempat buang air kecil tidak memenuhi syarat

- Rungan kurang bersih, pengap, penuh sesak dan kurang ventilasi

Agar sekolah menjadi cerminan dari kesehatan lingkungan, maka dilengkapi sarana kebersihan dan kesehatan yang memadai seperti :

1) Mempunyai sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.

Air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan yaitu yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak dengankata lain air bersih adalh air yang tidak berwarna (bening dan tembus pandang), tidak berubah rasanya, tidak berubah baunya dan tidak mengandung zat-zat dan kuman yang mengganggu kesehatan.

2) Adanya jamban (WC) yang jumlahnya memadai dan tempat pembuangan kotoran (septic tank) yang memenuhi syarat kesehatan seperti :

- Persediaan air cukup

- Tidak mencemari sumber air minum disekitarnya, lubang kotoran minimal 10 m dari sumur/pompa air

- Tidak menimbulkan bau ke sekitarnya

- Bebas dari serangga (lalat, kecoa) parasit yang dapat menimbulkan penyebaran bibit penyakit

- Mempunyai konstruksi cukup kuat, tidak mudah longsor dan air hujan tidak masuk kedalam septic tank

- Memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pemakai

- Lantai dari bahan yang mudah dibersihkan

- Sirkulasi udara berjalan dengan baik melalui ventilasi yang ada.

3) Adanya tempat pembuangan air kecil yang tertutup serta tidak tercium baunya.

4) Adanya tempat pembuangan sampah, sehingga sampah-sampah tidak berserakan merusak keindahan serta kesehatan

5) Ruangan yang digunakan untuk PBM tidak terlalu sempit dan cukup ventilasi untuk pertukaran udara.

B. Metode Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup

Materi Pendidikan Lingkungan Hidup yang diintegrasikan dalam mata pelajaran tidaklah terbatas pada pemahaman terhadap pengetahuan lingkungan hidup saja, tetapi juga sikap, kemampuan menganalisis masalah dan mengembangkan keterampilan memecahkan masalah lingkungan hidup.

Metode yang digunakan dalam mengajarkan pendidikan lingkungan hidup di SMP NEGERI 1 PAGELARAN yang diintegrasikan dalam mata pelajaran diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Metode Diskusi

Metode mengajar yang dapat membangkitkan motivasi dan kreativitas berpikir serta keterlibatan dalam proses belajar mengajar terhadap lingkungan hidup adalah metode diskusi. Melalui diskusi keterampilan berpikir dalam menanggapi suatu persoalan dan mencari jalan alternative jalan keluar dari persoalan yang dihadapi dapat dibina dan dikembangkan.

Melalui metode diskusi juga dapat dikembangkan sifat dan sikap demokrasi, dapat menghargai pendapat orang lain, bertenggang rasa, kemandirian dan sebagainya.

Untuk melaksanakan metode diskusi dalam pembahasan PLH yang diintegrasikan dalam mata pelajaran sifat dan bobot diskusi harus disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan mental pada batas-batas yang sesuai dengan tingkat umur anak didik.

2. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Penyelenggaraan metode demonstrasi dan tau eksperimen tidak selalu dilakukan sendiri oleh guru melainkan dapat bersama anak didik bahkan dapat mengundang orang yang ahli di bidangnya. Keikutsertaan anak didik dengan menggunakan metode demonstrasi dan eksperimen dapat memberi manfaat untuk mengembangkan keterampilan, mengamati secara langsung meskipun dalam bentuk mini dan buatan, serta pemanfaatan sumber daya masyarakat dalam pendidikan dan pengajaran.

3. Metode Karyawisata

Dengan Karyawisata dasar mental anak didik seperti dorongan ingin tahu (sense of curiosity), dorongan minat (sense of interest), dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality) dan ingin menemukan sendiri di lapangan (sense of discovery) dapat dibina dan dikembangkan.

Dalam menerapkan metode karyawisata dalam PLH yang sudah diintegrasikan dalam pelajaran lain, haruslah berdasarkan tujuan intruksional yang jelas, agar karyawisata ini mencapai tujuan yang direncanakan dengan seksama.

Diantara aspek yang harus mendapat perhatian pada perencanaan ini adalah tingkat umur anak didik dan jenjang pendidikan serta menentukan pembobotan tentang sifat perjalanan dalam karyawisata.

Pada jenjang pendidikan SLTP penerapan metode karyawisata diperoleh bobot pencapaian aspek mental dan aspek akademis anak didik (Prof. DR. H. Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengayaan Geografi hal 76-77) sebagai berikut :

Tabel 1

Metode Karyawisata berdasarkan pembobotan aspek Mental

Aspek Mental

Bobot (%)

Sense of Interest

Sense of Reality

Sense of Discovery

40

45

15

Jumlah

100

Tabel 2

Metode Karyawisata berdasarkan pembobotan aspek Akademis

Aspek Akademis

Bobot (%)

Wisata

Pengetahuan fakta

Keilmuan

40

45

15

Jumlah

100

Dengan menggunakan metode karyawisata yang baik akan mengembangkan dasar dan kemampuan mental anak didik secara seimbang. Dengan demikian mampu menghayati bahwa karyawisata pada pengajaran yang diintegrasikan dengan PLH dapat dihayati sebagai suatu kebutuhan tidak lagi merupakan kewajiban.

4. Metode Sosiodrama, bermain peran dan metode kerja kelompok

Pada hal-hal tertentu materi PLH yang sudah diintegrasikan dalam mata pelajaran /pokok bahasan tertentu dapat menerapkan metode sosiodrama, bermain peran dan metode kerja kelompok. Kita sebagai guru harus melakukan seleksi terhadap pokok bahasan mana yang dapat diintegrasikan dengan materi PLH untuk didramatisasikan atau kerja kelompok.

Kedua metode ini dilaksanakan agar dapat memupuk keikutsertaan dan keterlibatan anak didik dalam proses kehidupan bermasyarakat meskipun dalam bentuk mini. Dalam hal ini guru, memerlukan persiapan yang matang dalam mengintegrasikan pokok bhasan/sub pokok bahasan dengan materi PLH dan anak didik yang akan melaksanakan peranan pada metode tadi.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari berbagai uraian yang telah penulis sampaikan dalam karya tulis ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut :

1. Kearifan serta rasa tanggung jawab dalam mengelola lingkungan baik sebagai jaminan kelangsungan hidup maupun pemenuhan kebutuhan, merupakan perwujudan kesadaran etik lingkungan hidup dalam diri setiap orang.

2. Terdapat sejumlah indicator yang menunjukan kecenderungan menurunnya kualitas lingkungan hidup, antara lain pembuangan sampah tidak pada tempatnya, rendahnya kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan, meluasnya lahan kritis, meluasnya kerusakan hutan, kelangkaan air bersih, kekeringan pada musim kemarau, banjir pada musim hujan, pembuangan limbah industri, serta berbagai kerusakan lingkungan hidup lainnya, baik yang bersumber dari system sosial kemasyarakatan maupun perkembangan teknologi yang tidak ramah lingkungan.

3. Kesadaran etik lingkungan hidup merupakan kesadaran dalam memahami, menyikapi serta berbuat dengan berlandaskan prinsip saling mempengaruhi, keterkaitan dan saling ketergantungan anatara komponen-komponen alam lingkungan termasuk didalam komponen manusia sebagai mahluk dominant di alam semesta baik secara perorangan sehingga tercipta keselarasan, keserasian serta keseimbangan hubungan antara manusia dengan lingkungan.

4. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa. Kita sebagai pendidik harus peduli terhadap lingkungan bahkan sekolah harus menjadi pelopor dalam hal lingkungan yang baik bagi sekitarnya.

5. Pendekatan Monolitik adalah pendekatan yang berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa setiap mata pelajaran bidang studi merupakan sebuah komponen yang berdiri sendiri dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu dalam suatu kesatuan yang utuh.

6. Pendekatan terpadu (integrative) adalah pendekatan yang berdasarkan pada suatu pemikiran bahwa suatu program mata pelajaran harus terpadu dengan mata pelajaran lainnya.

7. Disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan wadah dalam perpaduan dengan Pendidikan Lingkungan Hidup antara lain : Pendidikan Agama, PPKn, Penjaskes, IPS (khususnya Geografi dan ekonomi), IPA (khusunya Biologi) dan mata pelajaran lain yang dianggap relevan dengan isi PLH.

A. Saran

Beberapa saran yang ingin kami kemukakan dalam karya tulis ini, diantaranya :

1. Perlu adanya penataran bagi guru mata pelajaran yang harus mengajar PLH secara terpadu pada mata pelajaran yang diarahkan.

2. Mata pelajaran pengetahuan induk dipilih wadah perpaduan haruslah mata pelajaran yang menurut penelitian mempunyai daya serap yang cukup besar.

3. Perpaduan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga pengetahuan mata pelajaran yang dijadikan tempat perpaduan tidak mengalami perubahan susunan.

4. Membangun suatu unit atau pokok bahasan yang disiapkan untuk dipadukan ke dalam mata pelajaran/bidang studi/mata pelajaran tertentu.

5. Agar sekolah menjadi cerminan dari kesehatan lingkungan sebaiknya mempunyai sarana kebersihan dan kesehatan yang memadai. Sediakanlah ditiap sudut sekolah yang mudah terjangkau tempat sampah atau buat slogan untuk mengingatkan agar senantiasa membuang sampah pada tempatnya.

6. Guru atau pendidik harus banyak memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran PLH.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman M (1998) Geografi Prilaku Suatu Pengantar Studi tentang Persepsi Lingkungan, Jakarta : Depdikbud

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994) Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) SLTP, Jakarta Depdikbud.

Departemen Pendidikan Nasional (2002) Pendidikan Lingkungan HIdup, Bandung, PPPGT, Dirjen Dikdasmen.

Hutabarat. Sans (1982) Pendekatan dan Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Jakarta Depdikbud Dirjen Dikdasmen.

Sumaatmadja. N (1997) Metodologi Pengajaran Geografi, Jakarta, Bumi Aksara

Tidak ada komentar: